Traveltext.id

Kemenpar Bakal Segera Bikin SOP Penyelenggaraan Event di Indonesia

Kemenpar Bakal Segera Bikin SOP Penyelenggaraan Event di Indonesia

MENTERI Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bakal segera membuat pedoman atau SOP penyelenggaraan event di Indonesia agar lebih berkualitas  dan sesuai standar nasional  sehingga target cultural values dan commercial values dari events tersebut dapat tercapai.

“Dalam membuat SOP ini kita bisa mengambil pengalaman dari penyelenggaraan 100   Calender of Event (CoE) 2018. Indonesia baru pertama kali mempunyai calender of event nasional (100 CoE) 2018, setelah tiga tahun Malaysia mempunyai Top 50 CoE. Penetapkan 100 CoE 2018 ini  dikurasi oleh tim kurator dengan  standar nasional, sedangkan dalam menetapkan nilai budaya (cultural values) dan nilai ekonomi komersialnya (commercial values)belum ada pedoman dan perlu segera dibuat SOP dan petunjuk pelaksanaan teknis (Juknis)nya,” ujarnya.

Dikatakan, adapun target adalah kita segera mempunyai SOP atau pedoman teknis penyelenggaraan event di Indonesia dengan memanfaatkan momentum 100 CoE 2018. Sebagai tindaklanjut dari adanya juknis tersebut perlu ada pendampingan di lapangan dalam penyelenggaraan CoE 2018.

“Top 100 CoE 2018 yang terdiri dari  50 events budaya, 30 event alam, dan 20 event buatan memiliki nilai komersial (commercial values) tinggi hal itu terlihat sudah banyak perusahaan yang berminat untuk melakukan kerjasama sebagai sponsor atau menjadi co-branding. Untuk nilai budaya (cultural values) kita belum punya data dan sebagai tahap awal perlu dilakukan survey ke beberapa daerah seperti Bali dan Banyuwangi yang mempunyai nilai indeks kebahagiaan tingkat nasional tinggi,” ujar Menpar.

Dikatakan, standar/SOP itu akan memunculkan cultural values dan commercial values dari setiap event. Khusus commercial values, harus di-monetized (dihitung nilai ekonominya), sehingga bisa diketahui dampak ekonominya kepada kesejahteraan masyarakat.

“Kita gunakan pedoman pariwisata semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan baik dalam melestarikan alam dan budaya,” kata Arief Yahya.

Tiga Aspek Event Penuhi Standar Nasional

Menpar Arief Yahya mengapresiasi kegiatan workshop/coaching penyelenggaraan event agar kualitasnya menjadi spetakuler dan diperhitungkan, hal itu sebagaimana amanat Presiden  Joko Widodo (Jokowi) ketika menyaksikan Jember Fashion Carnaval di Kota Jember, Jawa Timur pada tahun 2017 lalu.

“Workshop akan memberikan gambaran berbagai persiapan yang mendetail. Seperti bagaimana beli tiketnya, alur masuk wisatawan dari mana saja, menginap dimana, semua detailnya harus dipersiapkan secara matang. Misal satu daerah punya potensi budaya, itu tinggal ditentukan segmentnya. Dan sejak dari awal mesti ditetapkan,” ungkapnya.

Ditambahkannya, Contoh, 100 event itu nanti akan ada pendampingan. Nantinya akan terlihat kurangnya apa, kelemahannya dimana. Sehingga akan terus diperbaiki serta menjadi rujukan bagi event lainya. JFC (Jember Fashion Carnival) dari tahun sebelumnya itu sudah ditetapkan tanggalnya. Sudah dipikirkan. Jadi sudah siap dijual oleh travel agen.

Presiden Jokowi kepada Menpar Arief Yahya minta agar kota-kota di Indonesia bisa memiliki   festival/karnaval yang khas dan  unik menjadi agenda kesenian yang diselenggarakan secara rutin; ada kalender event dan kalender tahunannya seperti Jember Fashion Carnival, Presiden Jokowi menegaskan bahwa keragaman budaya kita adalah sebuah kekuatan sekaligus keunggulan kita dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lainnya.

“Presiden juga berkali-kali menegur saya ada banyak acara festival di berbagai daerah tapi belum berstandar global. Presiden minta harus berstandar dunia. Jadi penyelenggaraan event berstandar dunia ini permintaan Presiden,” jelasnya.

Menpar Arief Yahya menjelaskan tiga aspek agar kemasan event memenuhi standar nasional   yakni; pertama, tampilan koreografinya harus menarik   dan tidak membosankan; kedua, iringan musiknya berkualitas karena melibatkan komposer/arranger profesional, dan yang tidak kalah pentingnya adalah unsur ketiga, penggunaan busana/kostum yang membuat penyaji pertunjukan tidak sulit bergerak dan enak dipandang mata.   [traveltextonline.com]

Add comment