Traveltext.id

BI: Ekspor dan Pariwisata Ternyata Bisa Perkuat Rupiah

BI: Ekspor dan Pariwisata Ternyata Bisa Perkuat Rupiah

TERNYATA kinerja ekspor yang baik dan juga pengembangan sektor pariwisata bisa membantu memperkuat ketahanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan perbedaan antara negara yang ekspor impornya defisit dan surplus, yang surplus relatif lebih resilience, bahkan kursnya bisa apresiasi.

“Defisit transaksi berjalan adalah kondisi ketika sebuah negara mengimpor lebih banyak barang dan jasa daripada ekspor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2006 neraca transaksi berjalan Indonesia surplus 3%, lalu pada 2011 menjadi defisit 0,2%dan pada 2017 1,7%,” ujarnya.

Dikatakan, sementara itu, neraca transaksi berjalan Thailand justru terus menunjukkan kenaikan surplus. Pada 2006, neraca transaksi berjalan Thailand mencapai 1%, lalu meningkat menjadi 2,6% pada 2011, dan pada 2017 menjadi 11,7%. Negeri Jiran Malaysia juga mengalami neraca transaksi berjalan yang surplus kendati mengalami penurunan, yaitu 16,1% pada 2006, 11,2% pada 2011, dan 3% pada 2017.

“Dengan surplusnya neraca transaksi Thailand dan Malaysia, nilai tukar kedua negara tersebut terhadap dolar AS justru mengalami apresiasi secara year to date (29 Desember 2017 hingga 5 April 2018) yaitu masing-masing 2,66% dan 2,77%, di saat Rupiah mengalami depresiasi 2,67%, Peso Filipina 3,39%, dan Rupee India 4,48%,” katanya.

Ditambahkannya, selain karena surplusnya neraca transaksi berjalan, Thailand dan Malaysia dapat memiliki ketahanan nilai tukar yang lebih baik karena sumbangan dari sektor pariwisata terhadap cadangan devisi kedua negara itu.

Berdasarkan data Organisasi Kepariwisataan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UN World Tourism Organization(UNWTO), pada 2016 lalu sumbangan sektor pariwisata Thailand terhadap cadangan devisanya mencapai US$49,9 miliar. Sedangkan sumbangan sektor pariwisata Malaysia terhadap cadangan devisanya mencapai US$18,1 miliar. Di Indonesia sendiri, sumbangan sektor pariwisata terhadap cadangan devisa hanya 11,3%.

“Oleh karena itu, bagaimana policy kita harus bisa dorong ekspor dan dorong pariwisata. Cadangan devisa kita sekarang lebih dari cukup, tapi tentu tidak bisa mengunakan cadangan devisa terus menerus, harus aktivitas sektor riil yang meningkat,” ungkap Mirza.

Dijelaskannya kembali, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini masih terus mengalami pelemahan dalam beberapa pekan terakhir. Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Senin kembali melemah mencapai Rp13.956 per dolar AS, dibandingkan Jumat (4/5) lalu yang mencapai Rp13.943 per dolar AS. [antaranews/photo special]

Add comment