Traveltext.id

Genjot Pariwisata Agar Jadi Kontributor Utama Devisa Indonesia

Genjot Pariwisata Agar Jadi Kontributor Utama Devisa Indonesia

PEMERINTAH dan Bank Indonesia (BI) kini memutar otak untuk memperkecil current account deficit (CAD). Salah satu cara tercepat dan termurah menurut pemerintah dan BI adalah menggenjot devisa dari sektor pariwisata.

Menurut Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S Thaib mengatakan, pemerintah dan BI mendorong agar pariwisata menjadi sumber utama devisa bagi Indonesia. Untuk hal ini, pemerintah dan BI melihat Thailand sebagai acuan.

“Kami belajar dari Thailand. Mereka tidak CAD karena pariwisata menjadi sumber devisa utama. Kami ingin seperti itu sehingga devisa di Indonesia stabil. Tidak mudah keluar dibandingkan sumber lain seperti pasar modal,” ujar Hiramsyah.

Dikatakan,  untuk mengejar ketertinggalan ini, Hiramsyah mengatakan, ada berbagai persoalan di sektor pariwisata yang masih perlu dibereskan. Namun, yang paling utama adalah soal aksesibilitas. Ini yang jadi masalah mendasar terutama transportasi udara, tetapi soal ini sudah bisa dikebut. Misalnya reaktivasi bandara Silangit yang meningkatkan kunjungan ke Danau Toba. Ini meningkatkan jumlah wisatawan di sana.

Sementara Direktur Eksekutif dan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Aida Budiman mengatakan, jika dibandingkan dengan Thailand, gap current account balance Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih terlampau jauh.

“Pada 2017 saja, current account balance Indonesia defisit sebesar US$17,53 miliar atau 1,7% dari PDB. Sementara, di tahun yang sama, posisi current account balance Thailand surplus US$48,1 miliar atau 10,57% dari PDB,” katanya.

Ditambahkannya, kita bisa mengejar ketertinggalan dari Thailand mungkin lima atau 10 tahun lagi. Itu semua butuh upaya yang terus-menerus melalui reformasi struktural dan sinergi antarlembaga yang berkelanjutan.

Namun berdasarkan paparan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dibandingkan Thailand, jumlah wisman yang masuk ke Indonesia masih lebih rendah. Jumlah pengeluaran/wisman di Thailand sebesar US$1.625 pada tahun 2017 atau 58,2% lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang sebesar US$1.026.

“Adapun, dibandingkan Thailand, jumlah wisman Indonesia hanya sebanyak 12,2 juta pada tahun 2017. Sementara, Thailand mencatat jumlah wisman sebanyak 35,4 juta pada tahun lalu. Sektor pariwisata sendiri tercatat menghasilkan US$14 miliar devisa pada tahun 2017. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah wisman yang masuk ke Indonesia,” ungkap Luhut.

Dijelaskannya kembali, peningkatan jumlah devisa dari sektor pariwisata ini berkontribusi terhadap peningkatan surplus neraca jasa perjalanan Indonesia yang mencapai US$4,2 miliar pada tahun 2017 atau tertinggi sepanjang sejarah. [kontan.co.id/photo special]

Add comment