Traveltext.id

ARIEF: PERLUNYA DIPLOMASI GASTRONOMI UNTUK MENCAPAI STANDAR GLOBAL

ADALAH Menteri Pariwisata, Arief Yahya yang mengatakan memang lewat kuliner atau bahkan gastronomi, adalah cara cepat, efektif dan halus untuk mempopulerkan sesuatu ke pasar global melalui apa yang saya sebut diplomasi sosial ekonomi.

“Negara-negara lainnya sudah melakukan diplomasi sosial-ekonominya dan sangat impactful karena seperti halnya yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang telah mengekspor film Hollywood, meraih double impact yaitu dampak sosial-budaya dan dampak ekonomi. Namun pertanyaannya diplomasi sosial-ekonomi apa yang bisa kita lakukan di area global? Menurut saya yang paling prospektif adalah kuliner atau lebih luas lagi gastronomi,” ujar Arief Yahya saat press conference Ubud Bali Ditetapkan sebagai Gastronomi Dunia (11/6) di Jakarta.

Dikatakan, dengan menjalankan diplomasi gastronomi, kita melakukan penetrasi ke suatu negara tanpa terasa oleh mereka. Belajar dari Thailand yang dikatakan menjadi salah satu world’s best practice melihat capaian-capaiannya yang fenomenal. Thailand mulai secara sistimatis melakukan diplomasi kuliner langsung dipimpin oleh rajanya dengan tujuan mengekspor produk-produk pertaniannya dan menembus global market.

“Melalui program The Kitchen of the World Thailand membuat outlet-outlet dengan mendongkrak jumlah resto Thailand di luar negeri yang saat ini jumlahnya mencapai 20 ribu restoran. Caranya dengan mendorong investor untuk mendirikan resto Thailand di luar negeri dengan memberi bantuan berupa training, informasi dan pemberian pinjaman lunak. Belum lagi pemerintahnya juga mendorong standarisasi dan kontrol kualitas dengan memberikan label Thai Select untuk meng-kualifikasi resto Thailand yang ada di luar negeri,” kata Menpar.

Ditambahkannya, sedangkan untuk kuliner Indonesia sendiri masih dianggap lemah; tidak mempunyai sertifikasi national food, tidak mempunyai destinasi gastronomi berstandar global karena memang pemerintah sendiri tidak mempunyai dana untuk membangun destinasi kuliner global, dan dari segi mempromosikan serta mem-branding restoran Indonesia pun tidak ada. Sementara data menunjukan kontribusi kuliner pada tahun 2016 lalu terhadap perekonomian Indonesia senilai sekitar Rp382 triliun.

“Sementara itu kita masih melulu meributkan untuk menetapkan kulineri yang mana untuk menjadi global culinary. Untuk itu Kementerian Pariwisata telah mengambil keputusan sendiri menetapkan 5 kuliner yang menjadi kuliner global antara lain: soto, rendang, nasi goreng, sate dan gado-gado yang berbeda dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang menetapkan Soto menjadi national foods. Bahkan Kemenpar pun telah memilih restoran yang sudah populer dan dapat ditemui di restoran-restoran Diaspora kita sebagai outlet kuliner Indonesia yang sudah ada di luar negeri,” ungkap Arief Yahya.

Dijelaskannya kembali, resto-resto yang kita kurasi agar bisa menjadi wajah Indonesia di luar negeri, menjadi duta promosi destinasi gastronomi kita ke para wisatawan mancanegara (wisman) di masing-masing negara, melalui kerjasama co-branding Wonderful Indonesia, dimana logo Wonderful Indonesia harus hadir di situ.

“Adapun peranan restoran Diaspora adalah sebagai etalase bagi pariwisata Indonesia serta program co-branding ini merupakan program yang saling menguntungkan dilakukan dengan semangat Indonesia Incorporated dan saya yakin dengan jalan ini bisa menjadi channel diplomasi kuliner bahkan gastronomi yang sangat ampuh untuk mempromosikan Indonesia diluar negeri. Belum lagi hingga saat ini Kemenpar mendorong destinasi gastronomi menjadi destinasi global berstandar UNWTO,” ucapnya.

Saya juga berharap, lanjut Arief Yahya, bisa akan terlihat jelas posisi tugas kerja antara Kementerian Pariwisata dan Bekraf untuk menjadikan kuliner Indonesia berstandar global, dimana Kemenpar tugasnya di sini untuk mem-branding dan mempromosikan kulinernya sedangkan Bekraf bertanggung jawab tentang produk kuliner yang berstandar globalnya. Dan semoga pemerintahan yang akan datang dapat mengalokasikan sejumlah dana untuk kepentingan tersebut. [traveltext.id]