Traveltext.id

ASITA SIAP DUKUNG PEMERINTAH DATANGKAN 20 JUTA WISMAN

PARA pelaku industri perjalanan wisata yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) menyatakan siap mendukung Pemerintah dalam mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2020.

Menurut Ketua Umum ASITA Nunung Rusmiati mengatakan ASITA siap mendukung program promosi Kementerian Pariwisata dalam meraih target kunjungan 20 juta wisman. Kami akan menggencarkan promosi paket-paket inbound untuk mendatangkan kunjungan wisman dari border tourism.

“Pada rembuk nasional ASITA kali ini juga diusulkan rekomendasi kepada pemerintah terkait masalah harga tiket pesawat domestik. Harga tiket pesawat domestik sekarang ini, memang sudah relatif turun. ASITA menyarankan kepada pemerintah supaya ada sub classes walaupun jumlahnya tidak banyak,” ujarnya.

Dikatakan, pada periode arus mudik kemarin maskapai menaikkan harga di level TBA (Tingkat Batas Atas) tanpa ada subkelas harga. Kami minta pasca-lebaran ini maskapai dapat membuka subkelas harga. ASITA mencatat penurunan harga tiket pesawat domestik terakhir kali terjadi saat pemerintah menurunkan tarif batas atas sebesar 12-16 persen pada Mei 2019.

“Ketika itu seluruh maskapai full service, medium service, dan low cost carrier (LCC) menurunkan harga. Adanya penurunan harga  tersebut, diakui membuat kunjungan wisatawan ke berbagai destinasi pariwisata mulai meningkat,” kata Rusmiati.

Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan pemerintah menetapkan target kunjungan 20 juta wisman pada tahun depan dengan proyeksi perolehan devisa sebesar US$18,5 miliar. Untuk mencapai target 20 juta wisman dilakukan strategi super extra ordinary  meliputi border tourism, tourism hub, dan low cost terminal.

“Border tourism harus kita seriusi karena merupakan cara efektif untuk mendatangkan wisman dari negara tetangga. Saya menilai dengan mendatangkan wisman dari perbatasan melalui program cross border tourism dari negara tetangga relatif lebih mudah karena faktor kedekatan (proximity) secara geografis wisman. Program tersebut relatif lebih mudah, cepat, dan murah untuk bisa dilakukan di Indonesia,” ungkapnya.

Dijelaskannya, selain itu faktor kedekatan kultural/emosional, serta pertimbangan pasar yang sangat besar baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Papua Nugini, maupun Timor Leste sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia. [traveltext.id]