Traveltext.id

PENYELENGGARAAN UWRF 2019 BAKAL DIHADIRI 200 PEMBICARA DARI 30 NEGARA

PENYELENGGARAAN Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2019 sudah semakin dekat dari bulan Juli lalu UWRF meluncurkan tiket Early Bird dan mengumumkan 16 nama pembicara tahap awal, perhelatan sastra dan seni terbesar di Asia Tenggara ini resmi meluncurkan Main Program dan daftar lengkap nama lebih dari 200 pembicara yang terdiri dari penulis, jurnalis, seniman, sutradara, pegiat, dan tokoh penting lainnya yang berasal dari 30 negara.

Menurut Pendiri dan Direktur UWRF Janet DeNeefe mengatakan pada 23-27 Oktober mendatang, mereka akan hadir dalam lebih dari 170 program di lebih dari 70 lokasi di Ubud, yang tahun ini menempati urutan keenam dalam daftar 15 Kota Terbaik di Dunia versi Travel + Leisure.

“Dari Indonesia hingga Italia, Kolombia hingga Kamerun, Thailand hingga Turki, Portugal hingga Pakistan dan puluhan negara di antaranya, program lima hari penuh percakapan, panel diskusi, acara spesial, pertunjukkan musik dan seni, lokakarya penulisan, dan banyak lainnya ini akan menunjukkan kepada para pencinta sastra dan penggemar seni mengapa The Telegraph menyebut UWRF sebagai salah satu dari lima festival sastra terbaik dunia untuk tahun 2019,” ujarnya.

Nama pembicara tahap awal nasional yang diumumkan pada bulan lalu termasuk sastrawan terkemuka Indonesia Seno Gumira Ajidarma, sastrawan Aceh penulis Kura-kura Berjanggut, novel ambisius mengenai lada, bajak laut, dan bangkitnya kolonialisme Azhari Aiyub, penulis dan jurnalis pemenang penghargaan Laksmi Pamuntjak, serta peneliti yang bertekad untuk mengangkat kaum minoritas dan terpinggirkan di Indonesia Andreas Harsono.

Dikatakan, nama pembicara tahap awal nasional yang diumumkan pada bulan lalu termasuk sastrawan terkemuka. Pencapaian kami tahun ke-15 pada tahun lalu sangatlah istimewa. Akan sulit dilampaui. Namun, ada beberapa hal yang telah kami siapkan saat ini untuk mengobati keingintahuan dan berbagi suara-suara hebat dari beberapa daerah yang kurang dikenal, untuk karya-karya terjemahan oleh orang-orang kulit berwarna, untuk cerita-cerita yang membuka mata kita ke dunia yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini kita tinggali,” kata Janet DeNeefe.

“Selama 16 tahun, UWRF bangga berbagi kisah-kisah ini, dan sekarang kami merasa komunitas sastra global akhirnya mengikuti langkah kami. Saya pikir sudah menjadi sebuah fakta bahwa acara yang relatif kecil dan intim di Indonesia, yang diprakarsai oleh sebuah yayasan nirlaba ini, sekarang berada di antara festival sastra terbaik dunia. Hal ini benar-benar luar biasa,” lanjut Janet DeNeefe.

“Jika Anda adalah seorang pencinta kisah-kisah menarik, gagasan-gagasan berani dan wawasan unik dari berbagai belahan dunia yang luar biasa ini, datang dan nikmati tahun ke-16 ini bersama kami, dan rasakan berbagai keajaiban yang menjadikan kami dikenal hingga saat ini,” ungkapnya. [traveltext.id]