Traveltext.id

KEMENPAR GELAR BALI & BEYOND SALES MISSION 2019 DI CHINA

KEMENTERIAN Pariwisata (Kemenpar)  menggelar acara Bali & Beyond Sales Mission 2019 yang digelar di dua kota, yaitu Wuxi dan Ningbo, pada bulan Agustus ini, dalam rangka mempromosikan 10 Destinasi Wisata Branding kepada pasar China.

Menurut siaran pers Kemenpar menyebutkan Kemenpar dan Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Shanghai bekerjasama dengan offline travel agent ternama di China, yakni Shanghai New Comfort International Travel Co.,Ltd. dan China Travel Service.

Selain menggelar pertemuan bisnis (seller meet buyer) dengan 88 perwakilan, misi penjualan ini juga diawali sesi media gathering yang dihadiri sejumlah media setempat untuk meliput dan memberitakan tentang promosi pariwisata Indonesia, serta meningkatkan kesadaran terhadap pariwisata Indonesia.

Kementerian Pariwisata masih terus mengembangkan 10 Destinasi Wisata Prioritas atau yang lebih dikenal dengan sebutan 10 Bali Baru, yang telah ditetapkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. 10 destinasi tersebut meliputi Danau Toba, (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Morotai (Maluku Utara), Kepulauan Seribu, dan Kota Tua (DKI Jakarta), Tanjung Lesung (Banten), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), serta Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur).

Di antara 10 destinasi tersebut, pengembangan difokuskan pada empat destinasi super prioritas, yaitu Mandalika, Borobudur, Labuan Bajo, dan Danau Toba. Pengembangan yang diupayakan mencakup pembangunan infrastruktur, pengembangan destinasi, serta pendorongan promosi pada wilayah tersebut.

Selain 10 Destinasi Wisata Prioritas yang masih dikembangkan, Kementerian Pariwisata juga terus mempromosikan 10 Destinasi Wisata Branding yang dianggap telah siap untuk dikunjungi wisatawan mancanegara, termasuk wisatawan asal China, antara lain Bandung (Jawa Barat), Great Bali, Great Jakarta, Great Kepri, Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang), Coral Wonders (Wakatobi-Bunaken-Raja Ampat), Medan, Makassar, Lombok, dan Banyuwangi.

Berdasarkan laporan dari World Travel & Tourism Council (WTTC) 2018, pertumbuhan pariwisata Indonesia menduduki peringkat 9 sebagai negara yang paling sukses meningkatkan sektor pariwisata, mengungguli negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Thailand berada di peringkat 12, Filipina dan Malaysia di peringkat 13, Singapura di peringkat 16, serta Vietnam di posisi 21.

China termasuk kedalam top 3 negara penyumbang wisatawan mancanegara terbesar untuk pariwisata Indonesia. Pada tahun 2018, Indonesia telah dikunjungi 15.8 juta wisatawan dari seluruh dunia termasuk pasar China yang berkontribusi sekitar 14% dari jumlah wisatawan mancanegara.

Selain itu, data terakhir menunjukan bahwa pada periode Januari sampai Mei 2019, terdapat sekitar 882.900 wisatawan China yang datang ke Indonesia dan jumlah ini meningkat sekitar 2.26% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Sebelumnya, konsultan properti Colliers International menyatakan, kondisi sektor pariwisata di kawasan Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia, bakal menghadapi tantangan kondisi kinerja perhotelan yang mengalami stagnasi pada kuartal II-2019.

“Hotel di sepanjang Asia Pasifik terus mengalami kondisi yang sulit pada kuartal II-2019. Bila dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya, dengan keseluruhan okupansi kamar dan rata-rata tingkat harga hunian harian menurun masing-masing 68,1% dan US$99,76,” kata Executive Director of Valuation & Advisory Services, Colliers International Asia, Govinda Singh, dalam siaran pers di Jakarta.

Menurut dia, meningkatnya eskalasi dalam perang dagang antara AS dan China terus menghalangi keyakinan pelaku usaha dan pelanggan, karenanya menghambat pertumbuhan.

Namun demikian, lanjutnya, meningkatnya perjalanan intra-Asia dan perjalanan domestik di berbagai negara di kawasan Asia akan terus menopang permintaan akan sektor pariwisata di kawasan tersebut.

Berdasarkan data Colliers, Asia Pasifik adalah kawasan yang berkembang paling pesat dalam industri MICE, dengan perjalanan yang dilaksanakan untuk rapat atau suatu ajang ditengarai menghasilkan US$229 miliar pada 2017, atau 28,4% dari penerimaan global dari MICE.

Diketahui, MICE adalah sumber penting dari pendapatan di sektor hospitality dengan sekitar 90% dari keseluruhan ajang bisnis di kawasan tersebut umumnya dilakukan di dalam hotel, serta orang yang berkunjung ke suatu negara karena urusan bisnis rata-rata menghabiskan 1,7 kali lebih banyak waktunya dibandingkan dengan wisatawan yang tujuannya untuk bersenang-senang semata. [antaranews]