Traveltext.id

Perhitungan Statistik MDP Bantu Kebijakan Seputar Pariwisata

Perhitungan Statistik MDP Bantu Kebijakan Seputar Pariwisata

KEMENTERIAN Pariwisata terus melakukan sejumlah perbaikan dalam skala nasional dan internasional. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah kunjungan wisman yang terus bertambah setiap tahunnya.

Menurut Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan untuk mengetahui perkembangan statistik kunjungan wisatawan, maka diperlukan sebuah metode pengukuran statistik yang berlangsung secara real time dan akuntabel. Dalam perkembangannya, metode pengukuran tersebut pun ditemukan dan dikembangkan. Metode yang sudah banyak digunakan di negara-negara berkembang itu adalah  Mobile Positioning Data (MPD).

“MDP dapat digunakan untuk mengukur sentimen destinasi, originalitas, minat visitor. Data dan informasi tersebut nantinya bisa digunakan sebagai pedoman pengambilan keputusan cepat terkait aktivitas marketing 3P (Perfomance, Promotion, dan Projectnya),” ujar Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya membuka sekaligus menjadi keynote speech workshop internasional  The 2nd International Workshop The Use of Mobile Positioning Data (MPD) for Tourism Statistics di  Bali.

“Workshop membahas sejumlah topik aktual, yakni Advance Technology and Its Utilization to Support Statistics, serta pengalaman negara-negara (Experience by Country) yang telah menerapkan metode MPD. Di antaranya Jaanus Kroon (Head of Statistics Department), Eesti Pank (Bank of Estonia), Erki Saluveer (Chief Excecutive Officer of Positium, Estonia) dan pejabat dari Badan Pusat Statistik.   

Dikatakan, data dan informasi yang disajikan melalui metode MDP ini bersifat near real-time dan bisa digunakan sebagai pedoman pengambilan keputusan cepat terkait aktivitas marketing 3P (Perfomance, Promotion, dan Project). Program 3P merupakan salah satu program yang akan dijalankan oleh Kementerian Pariwisata dengan berbagai kemungkinan kondisi yang dihadapi.

“Performance memiliki data collection yang tentunya akan menimbulkan dampak ke promosi dan projection yang efektif. Artinya, kita bisa tahu lebih detail ke mana saja tujuan wisman, membeli oleh-oleh di mana saja, aktivitas kuliner di mana saja, serta bisa berpromosi terhadap wisatawan suka diving, menyukai wisata alam serta budaya dan sebagainya. Dengan demikian , promosi pariwisata yang dilakukan akan menyasar tujuan secara tepat,” katanya.

Ditambahkannya, sejak tahun 2016, Indonesia sudah memanfaatkan teknologi MDP untuk pencatatan wisman lintas batas di 29 kabupaten.Metode ini dilakukan pada pintu-pintu masuk perbatasan yang belum ada tempat pencatatan imigrasi sehingga lebih memudahkan Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai badan resmi penyedia data statistik Indonesia dan juga data statistik pariwisata di wilayah perbatasan.

“Penggunaan metode ini adalah untuk mengetahui dan mengukur cross border tourism Indonesia yang dinilai masih rendah dibandingkan cross border negara lainya, seperti Perancis, Jerman, Singapura, Thailand, dan Malaysia,” ungkap Arief Yahya.

Dijelaskannya kembali, sebagai perbandingan negara Estonia memulai penggunaan metode MDP sejak tahun 2018, sedangkan Indonesia mulai tahun 2016. Di Estonia, sebagai  inisiasi penggunaan metode ini pada Central Bank of Estonia, sedangkan  di Indonesia oleh Kementerian Pariwisata yaitu dengan memanfaatkan data telecom provider;Telia, Elisa, dan Tele 2,  bekerjasama dengan Telkomsel dan Positium. Positium merupakan perusahaan dari Estonia yang ditunjuk sebagai processor dan diperbantukan di Indonesia.

“Diharapkan, metode MDP ini juga bisa dimanfaatkan pada sektor pariwisata, termasuk pada data statistik untuk sektor pembangunan nasional lainya serta dapat mendukung program pembangunan nasional secara umum,” papar Menpar. [traveltextonline.com]

Add comment