MASKAPAI penerbangan Lion Air Group melihat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) belum mengharuskan perusahaan melakukan penyesuaian tariff, walau nilai tukar dollar AS terhadap rupiah mencapai Rp14.578.
Menurut Direktur Utama Lion Air Group, Edward Sirait mengatakan yang paling penting adalah bagaimana perusahaan melakukan strategi internal untuk mengurangi beban, setidaknya tidak menambah beban pengeluaran. Tarif itu kan eksternal perusahaan yang lebih uncontrollable.
“Saya mengakui, pelemahan rupiah berdampak langsung bagi meningkatnya beban perusahaan. Sayangnya, saya tidak bisa membeberkan bagaiamana cara perusahaan dalam menekan biaya ditengah lemahnya rupiah saat ini,” ujarnya.
Dikatakan, dari segi pendapatan, saya mensyukuri adanya kenaikan kontribusi pendapatan dalam dollar AS. Dibanding tahun lalu yang hanya 5%, kini pendapatan dollar AS Lion Air Group sudah mencapai lebih dari 10%.
“Jadi kita berusaha membuat biaya dalam rupiah peningkatannya tidak luar biasa. Kita coba create penerimaan US$, charter pesawat ke luar negeri misalnya, penerbangan internasional yang sifatnya charter,” kata Edward
Ditambahkannya, pada bulan Juli 2018 lalu misalnya, Lion Air Group sangat ekspansif terhadap rute internasional. Dalam rentang waktu lima hari terhitung sejak 20 Juli hingga 25 Juli, perusahaan telah membuka rute Denpasar–Tianjin, Manado–Tianjin, Denpasar-Zhengzhou dan Manado–Zhengzhou. [kontan.co.id/photo special]
Add comment