KURS rupiah yang fluktuatif memberikan dampak pada bisnis promotor bahkan para promotor pun berharap nilai tukar dollar AS berada di posisi yang stabil untuk perhitungan pembiayaan.
Menurut Nandi Prodjosemedi, CEO Adhitama Live menyebutkan, harga dollar AS sangat mempengaruhi bisnis promotor. Hal tersebut karena uang yang dikeluarkan dalam bentuk dollar AS. Fluktutasi nilai tukar ini membuatnya sulit memperhitungkan kinerja bisnis, apalagi ada tenggat waktu dalam pembayarannya, sehingga harga yang dibayarkan mengikuti kurs dollar yang berlaku.
“Bisa diatasi dengan membuat bank garansi atau deposito, tetapi lebih baik jika membeli sesuai harga yang telah ditetapkan. Saya menilai, saat ini banyak promotor yang khawatir, khususnya bagi yang sudah melakukan pembayaran down payment (DP). Karenanya ia berharap harga dollar cepat stabil,” ujarnya.
Dikatakan, namun dari sisi pengusaha lebih senang dengan kepastian nilainya. Sebab masalahnya, pendapatan dalam bentuk rupiah baik dari sponsor maupun penjualan tiket, jadi perhitungannya berbeda jauh. Contoh, dengan harga tiket sebesar Rp1 juta di saat harga dollar Rp15.000, akan berubah total perhitungannya jika tiba-tiba dollar AS naik lebih tinggi terhadap rupiah.
“Saat ini pihak kami sedang mengikuti proses bidding untuk tur Phil Collins di Australia pada Januari-Februari nanti. Hanya saja, melihat kondisi saat ini ia bilang masih mempertimbangkan kembali. Adapun proses penawaran tersebut dimulai dengan US$1 juta. Dengan kondisi melemahnya rupiah, secara tidak langsung harga tiket meningkat dua kali lipat dan akan berakibat pada pengurangan penonton mencapai 50%, itu kan koefisiennya,” katanya.
Ditambahkannya, oleh sebab itu, untuk menyiasati kondisi ini, Nandi mengupayakannya dengan memperbanyak sponsor-sponsor untuk mendorong keberlangsungan acara. [kontan.co.id/photo special]