MEMANG Maumere bisa berpotensi menjadi kota jazz internasional, namun tantangannya, bagaimana pembangunan infrastruktur bisa mendukung Maumere menjadi destinasi wisata.
Menurut pengaggas Maumere Jazz Fiesta Flores (MJFF) Melchias Markus Mekeng mengatakan bukan tidak mungkin Maumere menjadi kota jazz dunia seperti Montreux dan Rotterdam di Eropa. Saya terinsprirasi dari kedua kota tersebut karena sama-sama memiliki daya tarik wisata seperti Maumere.
“Kalau mereka berhasil, kenapa kita tidak. Maumere punya alam yang indah, lingkungan yang bersih, budaya yang masih orisinil,” ujarnya.
Dikatakan, Montreux saja bisa dikenal di seluruh dunia, padahal kota kecil itu berada di pegunungan pinggiran Swiss. Maumere juga bisa seperti Montreux karena keindahan alamnya tidak kalah dengan Montreux dan Rotterdam, katanya.
“Awalnya, Montreaux tidak dikenal banyak orang. Tapi kini, kota tersebut telah menjadi daya tarik dunia. Ribuan turis tiap tahun ke kota itu. Apa daya tariknya? Berhasil menggelar Festival Jazz tiap tahun, ujar Ketua Komisi XI DPR penggemar musik jazz tersebut,” katanya.
Ditambahkannya, konser MJFF yang telah digelar di Grass Track Wairita, Maumere, belum lama ini merupakan gelaran ketiga kalinya setelah dua tahun berturut-turut MJFF diselenggarakan. Puluhan ribu penonton tercatat menyaksikan konser tersebut.
”Hanya saja, impian saya untuk mengangkat perekonomian masyarakat di sektor pariwisata itu masih terkendala infrastruktr selain dukungan pemerintah setempat. Ini tidak bisa kerja sendiri. Semua pihak harus terlibat, mulai Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sikka, Pemda Provinsi hingga Pemerintah Pusat. Pihak swasta juga terlibat. Apa yang saya lakukan ini haya pemicu saja,” ungkap Mekeng.
Dijelaskannya kembali, dalam pengamatan saya, masih banyak hal yang harus dilakukan agar kota Maumere berproses bisa seperti Montreux dan Rotterdam. Persoalan utama adalah penerbangan yang masih sulit dan mahal. Hingga saat ini, belum ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Maumere. Semua masih transit di Bali maupun Kupang, ujarnya.
“Tiket juga masih sangat mahal. Pulang-pergi Jakarta-Maumere misalnya harus keluarkan uang empat sampai lima juta rupiah. Ini yang harus diatasi oleh segenap pihak terkait. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah pembangunan infrastruktur jalan, hotel dan restoran. Wisatawan tidak akan datang ke Maumere jika jalan-jalan menuju tempat wisata rusak dan hotel tidak tersedia,” katanya.
Dia menegaskan MJFF yang digagasnya hanya pendorong saja. Langkah selanjutnya, Pemda dan Pemerintah Pusat serta pihak swasta bisa bersinergi untuk membangun Maumere. Semakin banyak wisatawan masuk, pendapatan daerah akan meningkat. Kesejahteraan rakyat juga meningkat.
Sedangkan Ketua Penyelenggara MJFF Januarius G Goleng mengemukakan ada sejumlah artis nasional hadir meramaikan konser tersebut. Di antaranya Glenn Fredly, Gilang Ramadhan, Reza Artamevia, dan Andien.Kemudian ada kelompok unik yang merepresentasikan musisi dari Timur Indonesia yaitu Papua Orginal. Ada lagi para musisi yang aktif menggali kekuatan tradisonal yang tergabung dalam Komodo Project yaitu Ivan Nestorman, Adi Darmawan dan Krisna Prameswara.
“Ada sekitar 20.000 penonton yang hadir. Ini konser buat masyarakat Maumere dan pencinta musik Jazz,” kata Januarius. [photo traveltext.id]