GRAB kian percaya diri menyongsong bisnisnya di tahun depan, tiidak hanya mengandalkan sektor transportasi, namun perusahaan ini sudah bertransformasi menjadi everyday super app yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen melalui satu aplikasi.
Menurut Tan Hooi Ling, Co-Founder Grab mengatakan, tahun 2019 Grab menargetkan pendapatan atau revenue sebesar US$2 miliar. Jumlah tersebut dua kali lipat dibandingkan target raihan tahun ini. Untuk tahun ini (2018) masih in line, dengan target pendapatan sebesar US$1 miliar.
“Optimisme terhadap pendapatan yang dicatatkan Grab ini tidak lain karena beberapa faktor. Selain masih fokus mengembangkan bisnis layanan aplikasi transportasi online, Grab juga menggenjot sektor non transportasi yang saling berhubungan dengan bisnis utamanya,” ujarnya.
Dikatakan, salah satu yang menjadi andalan ialah layanan pesan-antar makanan GrabFood. Tercatat, hingga saat ini fasilitas ini sudah tersedia di enam negara yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Terdapat ratusan ribu pedagang yang telah menjadi mitra GrabFood. Bahkan, 80% diantaranya merupakan UMKM.
Sementara Tomaso Rodriguez, Head of GrabFood mengungkapkan, Indonesia memiliki andil besar dalam kesuksesan layanan ini. Tengok saja, dalam sebelas bulan ini bisnis GrabFood tumbuh lebih dari enam kali lipat.
“Hingga September, layanan GrabFood di Indonesia tersedia di 30 kota. Namun saat ini melonjak menjadi 116 kota. Hingga akhir tahun, layanan GrabFood diharapkan dapat terus bertumbuh menjadi 137 kota. Melihat besarnya potensi pasar itu, Grab akan terus berinvestasi di mitra dagang dan memberikan peluang pertumbuhan kepada mereka,” kata Tomaso.
Ditambahkannya, kami tahu bahwa jika pahlawan lokal (local heroes) kami berhasil, GrabFood juga berhasil. Salah satu kunci kesuksesan Grab menjadi aplikasi on demand besar di Asia Tenggara tidak dapat dipisahkan dari kebijakan lokal setempat. Pasalnya, layanan yang disediakan oleh Grab untuk masing-masing negara memiliki perbedaan.
“Sebagai contoh, layanan isi pulsa di aplikasi Grab ketika berada di Indonesia tidak akan ditemui di Singapura. Begitu pula, layanan shuttle bus tidak akan didapatkan ketika berada di Indonesia. Sebagai bentuk gebrakan baru, Grabmulai awal tahun depan juga telah memiliki layanan remitansi (pengiriman uang tunai). Namun untuk sistem ini masih baru akan dapat dinikmati untuk tujuan Philipina-Singapura. Dengan layanan ini, akan lebih cepat prosesnya. Selain itu lebih murah potongannya,” ungkap Tan.
Terkait pendanaan, Tan mengatakan bila tahun ini pihaknya menargetkan dapat memperoleh suntikan dana sebesar US$3 miliar. Hingga saat ini total dana yang telah terkumpul mencapai US$2,7 miliar yang berasal dari beberapa perusahaan.
Salah satu sumber pendanaan yang cukup besar berasal dari Toyota Motor Corp yang mencapai US$1 miliar. Selain itu, ada pula suntikan dana dari Hyundai Motor Company dan Kia Motors Corporation untuk pengembangan disektor kendaraan listrik. Oleh karena itu, dengan banyaknya mitra perusahaan yang bergabung serta masih besarnya potensi bisnis yang digeluti Grab ini, Tan optimis target pendanaan yang telah direncanakan akan tercapai. [kontan.co.id/photo special]