PELAKU pariwisata di Gili Air optimistis kunjungan wisatawan akan segera pulih. Keyakinan itu menguat walaupun hingga saat ini, pascagempa Lombok, okupansi hotel masih rendah yakni sekitar 15 hingga 20%.
Menurut Andi Ananto, General Manager Mola-Mola Resort Gili Air mengatakan meskipun gempa melanda Lombok Agustus lalu dan menyebabkan kerusakan parah di wilayah tersebut, namun kini kondisinya sudah membaik. Geliat pariwisata khususnya di sekitar Mola-mola juga sudah kembali normal. Wisatawan asing yang sebagian besar dari Eropa sudah kembali berkunjung ke Gili.
‘‘Memang sempat turun drastis tetapi sekarang rata-rata 50% kamar selalu terisi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan wisatawan untuk mengunjungi Lombok khususnya di Mola2 Resort Gili Air semakin membaik,” ujar Andi Ananto.
Begitu pula Nyoman Suastawa, Resort Manager Scallywags Resort mengatakan pihak hotel pun akan tetap mengadakan event dan promo akhir tahun untuk semakin menarik kunjungan wisata. Diskon menjadi langkah paling jitu yang dilakukan Scallywags Resort untuk menarik kunjungan wisatawan.
“Selama September 2018, hotel ini telah memberi diskon dari harga normal. Pada Oktober 2018, sebanyak 10%-15% diskon diberikan ke wisatawan. Setidaknya, hingga akhir tahun nanti, diprediksi okupansi akan mencapai 40%,” katanya.
Dikatakan, event New Year dan promo travel agent menjadi cara pemasaran kami untuk menunjukkan bahwa Gili Air telah bangkit dan tidak ada masalah. Sebelum terjadi gempa setidaknya okupansi hotel miliknya telah mencapai 95%. Adapun Juli sampai September biasanya memang menjadi bulan dengan okupansi tertinggi setiap tahun.
“Nah, Desember sampai Januari juga menjadi bulan dengan okupansi tertinggi. Bahkan, pihak kami dulu sering kali menolak wisatawan karena kehabisan kamar. Malah biasanya kami menolak tamu dan melempar ke sister companyyang juga ada di Gili Trawangan,” ungkapnya.
Sementara menurut Lyly Mac Donald, Manager Vyaana Resort mengatakan saat ini wisatawan yang datang menginap merupakan kebangsaan Eropa dan Australia yang tidak terlalu terdampak pada pemberitaan bencana walaupun sedikit pengaruh juga pada okupansi hotel kami.
“Mereka umumnya merupakan wisatawan yang sebelumnya berlibur di Bali dan mendatangi Gili Air menggunakan fast boat dan rata-rata lama menginap pun hanya sekitar tiga sampai lima hari. Padahal, biasanya wisatawan yang menginap di hotel kami mencapai 1 hingga 2 minggu. Angka ini bukan merupakan jumlah yang kami harapkan, tetapi ada wisatawan yang ke sini saja pascagempa Lombojk kami sudah senang,” kata Lyly. [traveltext.id/photo romo DHM]