PERUSAHAAN penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan dalam negeri, AirNav Indonesia optimis seiring pertumbuhan pergerakan pesawat di bandara seluruh Indonesia, maka disanalah perusahaan navigasi tetap berkembang.
Menurut Novie Riyanto, Direktur Utama AirNav Indonesia mengatakan dalam lima tahun berturut-turut perseroan tidak pernah merugi dan terus mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Di 2018 kemarin saja kami mampu memperoleh laba bersih Rp320 miliar dan revenue sekitar Rp3,2 triliun.
“Menguatnya kurs dollar Amerika Serikat (AS) di tahun lalu diakui manajemen berdampak positif bagi perseroan. Sebab 70% dari pendapatan AirNav diperoleh dengan dolar AS. Terkait target, manajemen mengaku bahwa naturebisnis ini ialah monopoli, sehingga tidak ada target keuntungan tertentu,” ujarnya.
Dikatakan, meski pun demikian tingkat pergerakan pesawat di Indonesia yang telah mencapai level 2,4 juta sampai 2,5 juta per tahun diprediksi bakal mengembangkan pendapatan perseroan. Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2019 ini proyeksi akan revenue perseroan mencapai Rp3,667 triliun. Adapun saat ini AirNav telah hadir di 300 bandara seluruh Indonesia dengan jumlah air traffic controler (ATC) sebanyak 2.000 unit.
“Tahun 2018 kemarin belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dianggarkan senilai Rp2,5 triliun baru terealisasi sebanyak Rp1,9 triliun, dan sisanya akan carry over di tahun 2019 dengan nilai investasi tahun ini sekitar Rp2,9 triliun,” kata Novie Riyanto.
Ditambahkannya, investasi tersebut dipastikan berasal dari dana kas internal perseroan. Beberapa kendala terkait realisasi 2018 lebih kepada faktor eksternal perseroan. Seperti pemasangan alat Inertial Reference System (IRS) yang sudah kami siapkan, ternyata dari penyelenggara bandaranya lahan masih belum siap. [kontan.co.id/photo special]
Add comment