GARUDA Indonesia Group menegaskan tidak akan melakukan penambahan pesawat hingga akhir tahun ini.
Menurut VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan mengatakan penurunan tarif batas atas (TBA) tiket rute domestik membuat maskapai harus lebih berhati-hati dalam membuat keputusan. Penambahan pesawat bisa berisiko menambah beban biaya operasional.
“Tahun ini tidak akan ada penambahan jumlah unit pesawat terbang dan akan fokus pada renegosiasi kontrak dengan lessor. Peremajaan tersebut diperlukan karena pesawat keluaran terbaru biasanya memiliki tingkat konsumsi bahan bakar lebih efisien. Dengan demikian, biaya operasional yang dikeluarkan maskapai bisa semakin ditekan,” ujarnya.
Dikatakan, pihak Garuda Group komponen avtur menyedot hingga 40% dari total biaya operasional. Di sisi lain, pesawat edisi terbaru menawarkan teknologi baru yang semakin menambah tingkat keselamatan (safety).
“Sebelumnya, Garuda sedang melakukan renegosiasi untuk mengganti pesawat yang sudah dipesan dengan jenis lebih baru, yakni Boeing 737 Max 10. Total ada 34 unit pesawat yang ditukar menjadi Boeing Max 10 pada 2020. Boeing Max 10 menawarkan waktu terbang yang lebih lama, yakni hingga 9 jam. Sementara, Boeing Max 8 hanya mampu terbang maksimal selama 6 jam,” kata Ikhan Rosan.
Ditambahkannya Garuda Group juga mempertimbangkan untuk mengurangi atau bahkan menghapus beberapa rute yang tidak menguntungkan. Langkah ini ditempuh untuk mengurangi biaya operasional maskapai. Di sisi lain, Garuda juga akan tetap menggenjot pendapatan tambahan (ancillary revenue). Beberapa usaha yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak pendapatan tambahan yakni fasilitas entertainment pada inflight WiFi, sales on board, hingga optimalisasi bisnis kargo.
Sementara itu, Sriwijaya Air Group, yang melakukan kerja sama operasi dengan Garuda Indonesia Group, akan melakukan penambahan jumlah pesawat dari 52 menjadi 55 unit selama 2-3 tahun ke depan. Penambahan tersebut juga akan diikuti dengan peremajaan pesawat yang berusia lebih dari 10 tahun, untuk diganti dengan usia di bawah 8 tahun.
Begitu pula Direktur Utama Sriwijaya Air Group Joseph A. Saul mengatakan peremajaan pesawat bisa menjadi salah satu faktor untuk menghemat biaya operasional. Selain itu, pihak kami akan mempertimbangkan untuk menutup dan mengurangi frekuensi beberapa rute penerbangan yang tidak prospektif seperti tujuan Bau-bau dan Merauke. Adapun, rute tujuan Banyuwangi juga sudah ditutup sebelumnya.
“Sebelumnya ada kompensasi [subsidi silang] yang diberikan untuk rute tersebut dari pendapatan rute padat. Sekarang sudah tidak bisa karena TBA
[tarif batas atas]diturunkan. Kami terus memantau perkembangan permintaan pasca masa angkutan Lebaran. Jika tidak mengalami penurunan signifikan, penutupan rute penerbangan tidak perlu dilakukan,” ungkapnya.
Dijelaskannya, pihak Sriwijaya Air Group juga mengklaim mampu meraih tingkat ketepatan waktu terbang atau on time performance (OTP) hingga 91% selama Mei 2019. Hal tersebut akan dijaga sebagai nilai tambah yang diberikan kepada penumpang.
“Sriwijaya juga meningkatkan aspek keselamatan dan keamanan dengan memperkuat kerja sama dengan PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia Tbk. sebagai penyedia sarana perawatan pesawat,” katanya. [photo special]