KENAIKAN harga tiket pesawat belakangan ini telah mempengaruhi tingkat hunian (okupansi) hotel di Provinsi Maluku.
Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Maluku, Theni Borlola mengatakan kenaikan harga tiket dan penerapan bagasi berbayar sangat besar mempengaruhi tingkat hunian (okupansi) hotel Provinsi Maluku.
“Terutama kenaikan harga tiket pesawat menyebabkan sepinya hunian hotel karena kurangnya minat masyarakat untuk berlibur di dalam negeri. Hal ini berdampak signifikan bagi pengusaha hotel di luar Pulau Jawa terutama di kawasan Indonesia Timur,” ujarnya.
Dikatakan, kenaikan ini jelas tidak menguntungkan pengusaha perhotelan di Maluku, karena kami tidak punya pilihan angkutan selain pesawat dan kapal laut. Di Pulau Jawa bisa dijangkau dengan angkutan darat, sehingga kondisi ini tetap stabil.
“Penurunan hunian ini juga disebabkan karena tidak ada kegiatan berskala nasional khususnya di kota Ambon. Penurunan juga terjadi di online travel agent (OTA) seperti Traveloka, Tiket.com dan lainnya, padahal booking-an online merupakan idola pengusaha hotel. Kita berharap kebijakan ini ditinjau kembali karena jika tidak usaha di dunia perhotelan akan merosot,” kata Theni.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Maluku, Habiba Saimima mengakui, harga tiket pesawat yang mahal sejak akhir 2018 mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara datang ke Maluku.
“Mahalnya harga tiket pesawat juga mempengaruhi target kunjungan wisatawan mancanegara ke Maluku pada 2018 sebanyak 25.000 orang hanya terealisasi 18.979 orang. Sedangkan, wisatawan Nusantara dari target 150.000 orang hanya terealisasi 116.898 orang,” ungkapya.
Dijelaskannya kembali, pihak Dinas Pariwisata memanfaatkan berbagai ajang, baik lokal, nasional maupun internasional untuk mengintensifkan promosi aneka pesona wisata di daerah ini untuk menjaring wisatawan mancanegara maupun nusantara. [antaranews/photo special]