LABUAN Bajo yang terletak di ujung barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur boleh dikata memiliki banyak obyek wisata, karena terdiri dari pulau-pulau kecil yang menghubungkan seluruh keindahan menjadi sebuah pesona yang menawan, mulai dari wisata pantai, laut, bukit serta padang rumput yang menggoda.
Ibu kota Kabupaten Manggarai Barat itu merupakan gerbang utama menuju Taman Nasional Komodo (TNK) yang menjadi habitatnya binatang purba langka raksasa Komodo (Varanus Komodoensis). Binatang purba Komodo itu antara lain menyebar di Pulau Komodo dan Rinca serta beberapa pulau kecil lainnya dalam wilayah TNK.
Komodo kemudian ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO, sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan. Jauh sebelum Labuan Bajo ditetapkan menjadi bagian dari ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, wilayah di ujung barat Pulau Flores itu hanyalah kumpulan padang sabana dan hutan belantara.
Berdasarkan Undang Undang No. 8 Tahun 2003, Kabupaten Manggarai akhirnya dimekarkan menjadi dua wilayah pemerintahan, yakni Manggarai dan Manggarai Barat. Manggarai Barat memiliki luas sekitar 9.450 km² yang terdiri dari wilayah daratan seluas 2.947,50 km² dan wilayah lautan 7.052,97 km².
Labuan Bajo sendiri adalah sebuah nama kelurahan dari 19 kelurahan dan desa lainnya di wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Wilayah di ujung barat Pulau Flores itu, konon, pertama kali ditempati oleh suku Bajo dari Sulu, Filipina Selatan.
Sehingga tidak mengherankan jika status suku mereka adalah pendatang, bukan penduduk asli etnis Flores. Sebagai peletak batu pertama berdirinya daerah Labuan Bajo, suku Bajo yang umumnya penganut muslim itu, selalu hidup rukun berdampingan dengan saudara-saudara beragama Kristen Katolik yang nota bene adalah etnis Flores itu.
Hal tersebut menjadi perhatian khusus dari seorang peneliti dari Pusat Geo Genetika, University of Copenhagen, Melissa Llardo. Llardo melakukan penelitian terhadap suku asli Bajo selama beberapa bulan, kemudian melakukan perbandingan terhadap suku Saluan yang merupakan salah satu suku di Sulawesi Selatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara suku Saluan dan suku Bajo.
Hasil penelitian Melissa Llardo menunjukkan bahwa ukuran limpa orang Bajo rata-rata 50 persen lebih besar dibandingkan ukuran limpa orang Saluan. Maka hal itu membuktikan bahwa telah terjadi perubahan genetik pada orang-orang Bajo dimana mereka beradaptasi dengan kehidupan di laut, terutama dalam aktivitas menyelam yang sudah menjadi kebiasaan mereka sehari-hari sejak dahulu kala.
Kini, Labuan Bajo sudah berkembang pesat menjadi sebuah gerbang destinasi wisata dunia yang terus mendapat perhatian serius dari pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pemerintah pun, akhirnya melanjutkan pembangunan infrastruktur Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo, untuk mendukung peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
“Kawasan wisata harus ditata betul, selanjutnya diperlukan partisipasi masyarakat untuk menjaga kebersihan, agar menjadi kota yang betul-betul dirawat,” kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Bertahap
Pembangunan lanjutan untuk penataan kawasan wisata Labuan Bajo akan dilakukan secara bertahap dari tahun 2019-2021. Lingkup pekerjaan yang akan dilakukan yakni penataan Puncak Waringin, penataan kawasan Kampung Baru, penataan integrasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dengan kawasan wisata kuliner Kampung Ujung, peningkatan trotoar dan Jalan Soekarno Hatta, pengembangan kawasan wisata Goa Batu Cermin, serta pengembangan sektor air minum & sanitasi Labuan Bajo.
Untuk penataan kawasan Puncak Waringin, akan dikerjakan secara bertahap pada tahun 2019-2020. Pembangunan Tahap I pada 2019 akan diselesaikan pembangunan Gedung Utama seluas 350 meter persegi setinggi dua lantai untuk lounge dan pusat cenderamata serta panorama laut.
Sedang, tahun 2020 akan dibangun bangunan komersil seluas 525 meter persegi setinggi dua lantai, untuk kios lengkap dengan mushala serta toilet dan area tenun.
Selain itu juga akan dibangun Ruang Terbuka Publik sekitar 1.700 meter persegi yang dilengkapi dengan amphitheater seluas 267 meter persegi dan area parkir seluas 235 meter persegi.
Penataan lanjutan juga akan dilakukan di salah satu daerah penyangga Labuan Bajo yaitu Kampung Baru dengan pekerjaan pembangunan ruang terbuka publik, toilet wisata, dermaga nelayan, dan Jalan Gertak Bukit Pramuka seluas 60 meter persegi.
Kementerian PUPR pada 2017/2018 melalui Ditjen Cipta Karya telah membelanjakan anggaran sebesar Rp40,35 miliar untuk penataan kawasan di empat lokasi yakni Kampung Ujung, Kampung Air, Kampung Tengah dan Pulau Komodo.
Presiden Joko Widodo saat meninjau Labuan Bajo pada 10 Juli 2019, mengatakan upaya meningkatkan target wisatawan ke Labuan Bajo akan dilakukan secara bertahap, dengan pembenahan infrastruktur yang akan menjadi prioritas.
Presiden juga menyambut rencana penataan kawasan Puncak Waringin yang akan menjadi salah satu pilihan lokasi wisata baru di Labuan Bajo. “Lokasi yang saya lihat di atas tadi akan dikerjakan, dirapikan untuk menjadi pusat cenderamata di Labuan Bajo,” kata Presiden Jokowi.
“Kita kan sudah rencanakan dua tahun yang lalu kita ingin ada 10 destinasi baru dan ini yang 4 yang ingin kita prioritaskan. Salah satunya adalah Labuan Bajo,” ujar Presiden Jokowi sembari menambahkan untuk mendukung pengembangan kawasan tersebut, pemerintah sedang melakukan percepatan pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata, di antaranya adalah pengembangan bandara yang ada di daerah tersebut.
Maksimal tahun depan sudah rampung semua, terminal, airport, runway, rampung. Pemerintah ingin pengelola bandara di kawasan-kawasan wisata memiliki jaringan pariwisata internasional.
Pengelolaan juga akan dilelang, terutama kita ingin agar yang mengelola airport ini yang memiliki jaringan pariwisata internasional sehingga yang datang ke sini wisatawan asing yang kita harapkan akan meningkatkan devisa.
Marius Ardu Jelamu selaku juru bicara Pemerintah Provinsi NTT mengatakan, kunjungan Presiden Joko Widodo ke Manggarai Barat, untuk mendorong pengembangan sektor pariwisata di wilayah itu menjadi pariwisata yang benar-benar bagus dan berkelas dunia.
“Setiap hari ada ratusan wisatawan internasional dari berbagai negara masuk ke Labuan Bajo, dan kedatangan bapak Presiden ini untuk mendorong kementerian, lembaga, dan memastikan pembangunan pariwisata di Manggarai Barat ini benar-benar bagus, dan berkelas dunia,” katanya.
Prioritas nasional
Destinasi Labuan Bajo adalah salah satu dari sepuluh destinasi prioritas nasional. “Kita tahu bahwa destinasi Labuan bajo ini adalah salah satu dari sepuluh destinasi prioritas nasional, dan dari sepuluh itu empatnya itu adalah super prioritas, di antaranya Labuan bajo, Mandalika, di Nusa Tenggara Barat, Danau Toba dan Borobudur,” katanya.
Pengamat ekonomi dari International Fund for Agricultural Development (IFAD), Dr James Adam, MBA mengatakan, Labuan Bajo di Manggarai Barat bisa menjadi tujuan wisata terbaik di Indonesia setelah Bali.
“Kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Labuan Bajo yang berkaitan dengan pengembangan infrastruktur pariwisata, akan memberikan dampak besar bagi NTT, sebab ke depan Labuan Bajo bisa menjadi the second best tourist destination setelah Bali,” katanya.
Bagi James Adam, kunjungan Presiden Jokowi ke Labuan Bajo ini tentu punya dampak bagi pariwisata NTT, sebab Labuan Bajo adalah salah satu dari 10 destinasi wisata yang akan dikembangkan oleh pemerintah. Dengan adanya program pengembangan pariwisata di daerah itu, maka tentunya NTT akan semakin dikenal luas, dan kunjungan wisatawan manca negara makin bertambah.
Karena itu, dia meyakini, dengan adanya kunjungan kerja Presiden Jokowi yang berkaitan dengan pengembangan infrastruktur pariwisata di daerah itu, maka bisa dipastikan Labuan Bajo akan menjadi destinasi wisata terbaik di Indonesia bagian Timur, setelah Bali.
Labuan Bajo yang dulunya hanyalah sebuah desa terpencil di ujung barat Pulau Flores, kini telah berubah menjadi destinasi wisata dunia yang sangat menjanjinkan, karena keindahan panorama alam dan budayanya serta sebagai gerbang utama menuju Taman Nasional Komodo (TNK). [antaranews/photo special]