OKUPANSI atau tingkat hunian hotel meningkat signifikan selama gelaran Jember Fashion Carnival (JFC) pada 1-4 Agustus 2019 lalu menjadi bukti bahwa ajang itu membawa berkah buat para pengusaha hotel, restoran dan masyarakat yang ada di Kabupaten Jember Jawa Timur.
Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, Teguh Suprayitno, di Jember menjelaskan, selama empat hari gelaran, okupansi hotel dan restoran mengalami peningkatan, begitu juga pusat oleh-oleh yang juga ramai diserbu pengunjung. Okupansi meningkat tajam hingga 100 persen dari hari biasanya. Ini ke depan harus dipertahankan bagaimana caranya agar dapat memperpanjang masa hunian bagi wisatawan yang datang.
“Saya juga berharap pemerintah dapat mendorong diwujudkannya lebih banyak event seperti JFC sehingga masyarakat bisa merasakan dampak dari ajang tersebut. Selama ini, Jember kekurangan event, yang terbesar baru JFC. Kami berharap ada JFC lainnya di sini,” ujarTeguh.
Sementara Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event (CoE) Kemenpar Esthy Reko Astuty yang hadir saat grand carnival juga mengatakan, pemerintah pusat akan selalu mendorong agar daerah membuat peluang-peluang event baru seperti JFC. Tidak mudah memang. Namun kesuksesan dari JFC yang sudah mendunia bisa menjadi semangat tersendiri.
“Bila pemerintah pusat sangat berterima kasih pada Dynan Fariz selaku penggagas JFC. Meskipun yang bersangkutan sudah berpulang, ia memastikan karnaval tingkat internasional ini akan terus dilaksanakan sebagai event tahunan. Dan JFC 2019 ini khusus dipersembahkan bagi penggagas JFC, A Tribute to the Maestro, Dynand Fariz,” kata Esthy.
Dikatakan, satu tahun yang lalu, Dynand sudah membuat video yang diunggah ke YouTube. Almarhum berpesan, ada atau tidak adanya dirinya, JFC harus tetap berjalan dan menjadi kebanggaan Indonesia. Dengan JFC, Indonesia layak bersaing dengan karnaval dunia.
Ia menegaskan, pemerintah telah sepakat untuk menjaga event yang diwariskan Dynand tersebut. Saat ini, JFC bahkan masuk dalam 10 besar CoE Kemenpar 2019, dan menjadi karnaval terbaik di Indonesia. Esthy juga berharap, prestasi ini nantinya juga menular ke daerah-daerah lain di Tanah Air.
“Sesuai dengan hasil perbincangan salah satu kurator CoE Taufik Razen dengan almarhum Dynand Fariz sebelum meninggal, ia berkeinginan agar JFC 2020 mengangkat tema khayangan yang menampilkan semacam dewa-dewi. Mudah-mudahan itu bisa direalisasikan tahun depan,” ungkapnya.
Grand Carnival JFC 2019 jauh lebih meriah dibanding hari sebelumnya. Pengunjungnya padat. Baik di barisan VIP maupun di luar pagar pembatas. Estimasi, belasan ribu penonton tumpah di area JFC 2019, baik dari warga lokal maupun pendatang.
Dalam JFC ke-18 ini, tema yang diambil Tribal Grandeur atau ‘Keagungan Suku-suku Bangsa’. JFC 2019 mengangkat suku bangsa yang ada di dunia dengan melibatkan lebih dari 6.000 peserta karnaval. Delapan defile suku bangsa ditampilkan secara utuh dan lebih komplit. Ada Aztec dari Meksiko, Mongol dari Mongolia, Zulu dari Afrika Selatan, Viking dari Norwegia, Karen dari Thailand, Polynesia, serta Indonesia yang diwakili Suku Minahasa dari Sulawesi Utara dan Hudoq dari Kalimantan Timur.
JFC 2019 lebih spesial dari tahun-tahun sebelumnya karena kali ini diikuti pula oleh Anne Avantie. Desainer papan atas Indonesia yang akrab disapa Bunda Anne itu hadir memberikan suntikan semangat baru untuk JFC 2019. Ia bahkan membawa 25 karya yang diberinya tema ‘Selalu di Hati’.
Selain itu JFC 2019 kali ini semakin spesial dengan penampilan memukau artis Go International Cinta Laura sebagai Duta JFC 2019 dengan kostum megahnya yang bertema Dayak. [traveltext.id]