KEMENTERIAN Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melakukan kajian strategi sekaligus arah baru pembangunan kepariwisataan nasional dalam mengantisipasi berbagai perubahan dan persaingan antarnegara pascapandemi COVID-19.
Menurut Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo mengatakan, pascapandemi COVID-19, negara-negara yang bertumpu pada pariwisata akan berlomba untuk menjaring kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) dengan berbagai insentif dan program. Selain itu di saat yang bersamaan, negara-negara tersebut akan menahan warganya untuk tetap mengkonsumsi produk wisata di dalam negerinya masing-masing.
“Kemenparekraf/Baparekraf telah menyusun sebuah kajian strategi dan arah baru pengembangan kepariwisataan nasional pascapandemi COVID-19 sehingga harapannya Indonesia dapat memaksimalkan beragam potensi yang ada sebagai tujuan wisata utama kelas dunia dan juga manfaat ekonomi serta manfaat penciptaan lapangan kerja yang didapatkan dari sektor pariwisata dapat turut membantu pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi COVID-19,” kata Angela Tanoesoedibjo.
Angela mengatakan, pariwisata merupakan salah satu sektor yang penting dalam gambaran ekonomi Indonesia. Pada 2019 sektor pariwisata menyumbang devisa sekitar Rp280 triliun dengan jumlah wisatawan mancanegara mencapai 16,11 juta dan tercatat ada 282,93 juta perjalanan wisatawan nusantara. Total pariwisata Indonesia berkontribusi sebesar US$63,6 miliar atau 6% dari total PDB nasional. Selain itu, sektor pariwisata tercatat telah menyerap lebih dari 12,6 juta tenaga kerja atau setara 10% dari jumlah tenaga kerja di Indonesia.
Akan tetapi pencapaian tersebut belum mencerminkan potensi pariwisata Indonesia yang sesungguhnya. Pada 2019, negara-negara di ASEAN secara total mencatat sekitar 133,1 juta wisman. Dari jumlah tersebut, Indonesia berada di posisi kelima setelah Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura.
Padahal jika melihat aset pariwisata Indonesia sangatlah beragam. Mulai dari kekayaan alam, flora fauna, budaya, serta keramahan masyarakat, semua menjadi modal besar bagi pembangunan pariwisata. Berulang kali destinasi di Indonesia juga meraih berbagai penghargaan dunia sebagai destinasi pariwisata terbaik terfavorit bahkan terindah lebih unggul dari negara yang jumlah kedatangan wisman dan pendapatannya lebih tinggi dari Indonesia.
“Oleh karena itu pemerintah sangat serius dan berkomitmen tinggi dalam pembangunan pariwisata selain Indonesia memang mempunyai potensi pariwisata yang besar market pariwisata secara global secara umum juga sangatlah besar dan masih berkembang,” kata Angela.
Ditambahkannya, tantangan pariwisata di Indonesia dari sebelum pandemi adalah masih banyaknya potensi market yang belum tergarap. Dengan terjadinya pandemi, tantangan pariwisata adalah perubahan tren pasar dan market demand yang harus bisa diantisipasi dan hadapi. Termasuk memaksimalkan pergerakan wisatawan nusantara serta mendorong wisatawan outbound untuk tetap berwisata di Indonesia.
Tercatat wisatawan Indonesia yang ke luar negeri pada 2018 sebesar 9,5 juta orang dengan pengeluaran sebesar US$1.090 perkeberangkatan per pax. Sehingga jika ditotal, sebesar US$10,355 miliar atau kurang lebih Rp150 triliun potensi yang bisa dimaksimalkan.
“Ketika kita sudah bisa mencocokkan antara potensi destinasi dengan potensi market, pengembangan destinasi, produk, pengalaman dan lain sebagainya, tentunya bisa disesuaikan dengan profil market yang akhirnya bisa menghasilkan spending yang besar, length of stay yang panjang, dan terutama menciptakan loyalitas atau repeat travellers. Sehingga pada akhirnya Indonesia menjadi top of mind atau pilihan terutama dalam wisata,” kata Angela Tanoesoedibjo.
Maka dari itu sekali lagi sangatlah penting bagi Kemenparekraf/Baparekraf untuk menyiapkan dasar kebijakan dan upaya-upaya strategis dalam meningkatkan ketahanan dan kemampuan sektor pariwisata serta mendorong akselerasi pengembangan sektor pariwisata nasional dan daerah pascapandemi COVID-19.
“Ini semua dilakukan dengan harapan dapat memberikan semangat baru bagi seluruh stakeholder pariwisata dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkualitas dan meningkatkan devisa negara dengan signifikan, menciptakan lapangan pekerjaan baru, menciptakan value chain baru, serta menciptakan pariwisata Indonesia yang lebih berkualitas dan berkelanjutan,” tutup Angela. [traveltext.id]