EKSISTENSI Ubud sebagai inspirasi dunia kembali dipertegas, kali ini lewat Ubud Writers and Readers Festival (UWRF), yang akan digelar pada 24-28 Oktober 2108. UWRF adalah perhelatan sastra terbesar di Asia Tenggara.
Menurut Manajer Umum Ubud Writers and Readers Festival, Kadek Sri Purnami, mengatakan tahun ini, UWRF akan dihadiri 180 pembicara dari 30 negara. 2 diantaranya merupakan Srikandi besar bangsa Indonesia. Yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan pegiat isu multikultur serta politisi Yenny Wahid.
“Ini menjadi pertemuan untuk bertukar pikiran dan berbagi inspirasi. Salah satunya lewat panel diskusi akan mengupas isu dalam kerangka tematik. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bakal menjadi tamu istimewa. Susi akan hadir dalam sesi Sink It. Ia akan menjelaskan tentang perlindungan sumber daya laut,” ujarnya.
Dikatakan, isu lingkungan akan diramaikan pula oleh Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara Yeb Sano dalam sesi Climate Campaigner. Yeb Sano akan berdiskusi dengan Bustar Maitar dan Tom Owen Edmunds tentang kelestarian lingkungan dalam sesi Fighting for the Forests.UWRF juga mengundang perwakilan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana akan hadir.
“Tahun ini kami ingin menceritakan tentang Gunung Agung dan cerita tentang cincin api. Sementara politisi Yenny Wahid akan menghadiri sesi Against All Odds. Sebuah sesi yang membahas toleransi dan multikulturalisme. Selain itu Yenny akan mengisi sesi The Price of The Freedom bersama Ndaba Mandela selaku pendiri Africa Rising Foundation termasuk cucu Nelson Mandela,” kata Kadek.
Ditambahkannya, UWRF memang memiliki andil bagi perkembangan karya sastra dunia. Tahun ini, UWRF mengangkat tema Jagadhita: The World We Create Kadek. Perhelatan ini digelar di 40 lokasi di Ubud dan memuat 70 topik pembahasan. UWRF 2018 juga akan menyuguhkan 100 program yang terdiri pemutaran film, peluncuran buku, dan pameran kesenian.
Sementara Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauzi mengatakan Bali memang luar biasa. Sebagai World Best Destination 2017 versi TripAdvisor Bali selalu hadir memberikan inspirasi bagi dunia. Seperti halnya UWRF 2018 ini. Seperti halnya program pemutaran film. Program ini dipastikan akan mengasikkan. Pasalnya UWRF 2018 akan menayangkan Chaplin in Bali. Film dokumenter tersebut akan diputar pada hari pertama, 24 Oktober nanti.
“Kamis (25/10), akan diputar film Marlina: Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Lantas pemutaran film Love is a Birdkarya terbaru Richard Oh bakal ditayangkan pada Jumat (26/10). Pada hari itu pula bakal diputar film Laut Bercerita yang diadaptasi dari novel Leila S. Chudori dan disutradarai oleh Pritagita Arianegara. Ada juga pemutaran film berjudul Sekala Niskala karya Kamila Andini akan ditayangkan pada Sabtu, (27/10). Lebih asik lagi disediakan juga sesi tanya jawab dengan sutradara masing-masing film pada akhir pemutaran.
“UWRF skalanya besar. Saking besar skalanya, UWRF juga masuk dalam tiga festival papan atas di Bali selain Ubud Food Festival dan Bali Emerging Writers Festival. Inilah mengapa UWRF masuk dalam 100 Wonderful Events 2018Kemenpar,” ungkap Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuti.
Hembusan inspirasi pun hadir pada agenda buku. Dimana penulis Djenar Maesa Ayu akan meluncurkan novel Naylayang telah ditulis dalam bahasa Inggris. Novel berbahasa Inggris tersebut akan diluncurkan di Blanco Renaissance Museum pada Kamis (25/10). Pada agenda Serial Storytellers, para pengunjung akan mendengar kisah penulis Dewi Lestari dengan karya novel Supernova. Selain itu ada juga Isobelle Carmody, penulis novel Obernewtyn Chronicles;dan Tiffany Tsao, penulis buku The More Known World.
“Selain film, diskusi multikultur, dan bincang buku serta penulis, UWRF 2018 tidak melupakan ragam kesenian. Kalangan penulis, musikus, penari, fotografer, dan sutradara. akan turut meramaikan ajang kesenian ini,” kata Esthy yang juga Ketua Calendar of Event (CoE) Kemenpar.
Begitu pula Menteri Pariwisata Arief Yahya juga ikut merespon kegiatan ini. Menurutnya, UWRF akan semakin menjadikan Ubud tidak hanya destinasi wisata, tapi juga destinasi seni sastra kelas dunia.
Ubud Writers and Readers Festival dimulai dari gagasan Yayasan Mudra Swari Saraswati. Festival tersebut kali pertama diadakan pada 2004. Festival ini semakin menempatkan Ubud sebagai barometer pergaulan domestik dan internasional.
“Saya yakin keindahan Ubud serta kekuatan seni dan budaya Bali juga keindahan alamnya dapat menjadi inspirasi bagi para penulis. Selamat berfestival. Salam Wonderful Indonesia,” ungkap Menpar Arief Yahya. [traveltext.id]