ADALAH Muhammad Awaluddin, CEO PT AP II yang mengatakan tingkat kepadatan penumpang (traffic passanger) bandara Soekarno-Hatta yang kian padat mendorong pengelola, PT Angkasa Pura II untuk bergegas merevitalisasi bandara tersebut.
“Kapasitas yang ada saat ini melebihi traffic passanger yang terus bertumbuh. Sebagai gambaran, Terminal 1 dan 2 Soekarno-Hatta memiliki kapasitas penumpang masing-masing 9 juta orang per tahun, namun traffic passanger-nya diperkirakan tahun ini menembus kisaran 22 juta orang dan 15 juta orang. Setiap tahunnya traffic passanger bisa bertumbuh hingga dua digit,” ujarnya.
Dikatakan, untuk itu, AP II akan segera merevitalisasi Terminal 1 dan 2 dengan konsep low cost carrier terminal (LCCT). Untuk membedakannya dengan low cost terminal, bahwa LCCT tetap mengedepankan kualitas pelayanan dan kelengkapan sarana serta fasilitas, namun mampu menampung low cost airlines.
“Kami sadar pariwisata bakal jadi core bisnis negara ini, apalagi hampir 70% kebutuhan transportasi wisatawan mancanegara di Indonesia pakai angkutan udara. Dalam tiga tahun kedepan, Terminal 1 akan menjadi LCCT penerbangan domestik dan Terminal 2 untuk penerbangan internasional dan domestic,” kata Awaluddin.
Ditambahkannya, AP II juga akan mempromosikan keberadaan LCCT tersebut kebeberapa maskapai dunia, khususnya kawasan Asia Tenggara atau negara-negara ASEAN. Kami pasti akan adakan roadshow ke maskapai, paling tidak ada lima maskapai ASEAN yang baru akan kami attract untuk masuk.
“Adapun dana pengembangan kedua terminal tersebut mencapai Rp3,7 triliun. Dimana dana untuk Terminal 1 sekitar Rp1,9 Triliun dan Terminal 2 senilai Rp1,8 Triliun. Sedangkan Terminal 3 akan menjadi bandara yang berbasis full servive carrier. Untuk rencana pembangunan Terminal 4, saya belum bisa merinci lebih jauh selain mengatakan bahwa rancangannya sedang dibahas lebih lanjut,” ungkapnya.
Dijelaskannya kembali, hanya saja Terminal 4 diharapkan mulai konstruksi tahun 2021 nanti dengan masa pembangunan sekitar 2 tahun. AP II memiliki akumulasi dana sejak 2016 sesuai RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusavaan) 2020 sekitar hampir Rp100 triliun yang dibutuhkan untuk pengembangan banyak bandara.
“Sekitar Rp96 Triliun lebih lah untuk lima tahun,” kata Awaluddin. Ia merinci dana yang sudah dianggarkan untuk modal kerja, di 2016 sekitar Rp9 triliun, tahun 2017 Rp11 triliun dan 2018 ini sekitar Rp18,7 triliun. Bicara kinerja perseroan sampai semester I 2018 ini, saya belum mau membeberkannya dahulu. Yang jelas AP II membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 10% pada tahun 2018. Target ini didasari melonjaknya trafik penumpang pesawat terbang dari tahun ke tahun,” tambahnya. [kontan.co.id/photo tribunsolo.com]