PEMPROV Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun ini mendorong pengembangan desa wisata di antaranya membantu pembangunan pondok wisata atau cottage di tujuh wilayah.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Wayan Darmawa mengatakan pengembangan desa wisata dengan pendekatan kewilayahan ini mendapat dukungan dana provinsi untuk membangun tempat penginapan di tujuh destinasi.
“Pengembangan desa wisata ini untuk sementara menyasar Top 7 Pariwisata Estate dan ke depan akan dilanjutkan ke destinasi lainnya. Adapun lokasi destinasi desa akan dibangun secara terpadu untuk meningkatkan kualitas atraksi, aksesbilitas, akomodasi, amenitas, dan awareness,” ujarnya.
Dikatakan, dukungan dana provinsi sebesar Rp1,4 miliar akan digunakan untuk membangun 3 pondok wisata atau cottage masing-masing dengan 4 kamar dan restoran di 7 desa wisata tersebut. Desa wisata yang akan membangun cottage tersebut yakni, pertama, Desa Fatumnasi di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang memiliki atraksi wisata alam Air Terjun Oehala yang bertingkat-tingkat. Selain itu ada Kilo 12 yang mempunyai lokasi pemandangan lembah yang indah.
“Kedua, Kampung Adat Lamalera, Kabupaten Lembata yang memiliki keunikan sistem kekerabatan dan desa nelayan yang bertahan hingga kini. Atraksi wisata andalannya adalah perburuan paus yang sangat terkenal itu,” kata Wayan Darmawa.
Ditambahkannya, ketiga, Mulut Seribu, di Kabupaten Rote Ndao yang memiliki objek wisata bahari yang menampilkan keindahan pemandangan alam gugusan pulau-pulau kecil. Selain menyaksikan panorama alam tempat ini sangat bagus untuk lokasi memancing, mendayung, snorkeling, dan diving.
“Keempat, Pantai Liman yang terletak di Pulau Semau, di Kabupaten Kupang yang bisa ditempuh 30 menit perjalanan dengan perahu motor dari daratan Timor. Destinasi ini memiliki keindahan pantai alami dengan pasir putih bersih yang potnsial dikembangkan dengan berbagai atraksi wisata,” ungkapnya.
Dijelaskannya, yang kelima, Desa Kaonara, Kabupaten Ende yang menjadi salah satu desa penyangga Kawasan Taman Nasional Kelimutu dengan danau tiga warna. Desa ini juga memiliki panorama alam eksotik dan situs rumah adat unik. Keenam, Desa Wolwal, Kabupaten Alor yang memiliki tiga potensi yakni gunung, laut, dan pantai yang memungkinkan dikembangkan menjadi wisata alam dan ekowisata yang memikat.
Ketujuh, lanjut Darmawa, Desa Praimadita, Kabupaten Sumba Timur yang sangat kental suasana adat istiadat dan memiliki bangunan unik yakni rumah adat beratap tinggi dan lancip serupa dengan menara yang banyak menyimpan benda-benda pusaka (Tanggu Merapu). Selain itu, sejumlah desa di NTT juga mengembangkan desa wisata secara mandiri dengan menggunakan dana desa.
Sementara Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Abed Frans mengharapkan agar berbagai kegiatan festival pariwisata yang diadakan pemerintah daerah setempat digelar secara konsisten setiap tahun.
“Konsistensi ini penting terutama waktu dan tempat pelaksanaan festival sehingga ketika kami pelaku wisata tidak ragu-ragu menjual paket wisata untuk menarik kunjungan wisatawan hadir pada event-event festival,” katanya.
Dia mengatakan hal itu terkait berbagai kegiatan festival pariwisata yang dihadirkan pemerintah daerah di Provinsi Nusa Tenggara untuk menarik minat kunjungan wisatawan ke daerah-daerah.
Sedikitnya ada enam festival pariwisata yang digelar di NTT dalam Juli 2019 di antaranya menyebar di Pulau Flores seperti festival Inerie di Kabupaten Ngada, Festival Etu di Kabupaten Nagekeo, Festival Caci di Kabupaten Manggarai, Festival Florata di Kabupaten Manggarai Barat.
Selain itu, di Pulau Sumba berupa Festival Tenun Ikat yang dipadukan dengan Parade Kuda Sandelwood di Kabupaten Sumba Timur, serta Festival Memanggil Ikan Dugong di Kabupaten Alor, Pulau Alor.
Abed mengatakan, pihaknya mendukung kehadiran berbagai festival ini untuk menambah semarak pariwisata di provinsi setempat dalam rangka menarik minat kunjungan wisatawan.
Hanya saja, lanjutnya, berbagai festival ini belum mampu mendatangkan kunjungan wisatawan secara masif terutama dari kalangan mancanegara karena digelar relatif mendadak.
“Tamu-tamu overseas dari mancanegara yang diundang pelaku wisata tidak mungkin diundang hari ini untuk bulan depan mereka datang, mereka harus persiapkan waktu enam hingga tujuh bulan baru bisa memastikan untuk hadir,” katanya.
Untuk itu, pihaknya berharap agar berbagai festival yang digelar ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dan konsisten terkait waktu dan tempat di tahun-tahun mendatang.
Dengan begitu, lanjutnya, para tour operator dapat menyiapkan paket wisata secara pasti paling lambat setahun sebelumnya untuk ditawarkan kepada wisatawan.
“Festival-festival ini bagus sebagai langka awal, tinggal dilakukan secara konsisten, artinya pada tahun depan di bulan yang sama, tanggal yang sama, tempat yang sama harus ada juga,” katanya. [bisnis.com/photo special]