Traveltext.id

Nonton Paus di Lembata & Kupang Bisa Jadi Destinasi Wisata Baru

Nonton Paus di Lembata & Kupang Bisa Jadi Destinasi Wisata Baru

TERNYATA Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi untuk mengembangkan wisata menonton paus (whale watching) dengan berbasis konservasi. Bahkan, 18 jenis paus rutin mondar-mandir di perairan NTT.

Menurut Pengamat kelautan dan perikanan dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Chaterina A Paulus di Kupang mengatakan NTT bisa mengembangkan wisata menonton Paus (whale watching) berbasis konservasi, yang tentunya akan mendukung program konservasi perairan dari pemerintah yakni Taman Nasional Perairan Laut Sawu.

“Hal itu, berkaitan dengan penemuan muntahan Paus di Kabupaten Lembata dan Kota Kupang beberapa waktu lalu, dan potensi Paus di wilayah perairan itu yang bisa bermanfaat secara ekonomis. Inilah saatnya kita secara bijak memikirkan masa depan dari ‘Setasean’ yang berharga ini, baik dari sisi ekologis, ekonomis, dan sosial budaya,” ujarnya.

Dikatakan, Setasean adalah sebutan umum bagi mamalia lautan antara lain paus, lumba-lumba dan pesut. Bernafas menggunakan paru-paru dan berproduksi dengan cara melahirkan.

“Perhatian ini penting mengingat Paus ini adalah ikon dari provinsi berciri kepulauan yang kedepannya bukanlah suatu yang tidak mungkin dengan kondisi perairan tropis hangat yang NTT miliki adalah wilayah migrasi musiman dari Paus,” katanya.

Ditambahkannya, saya mengharapkan, Universitas Nusa Cendana dan beberapa perguruan tinggi lainnya, harusnya menjadi center of excellence dari pengelolaan Setasean di wilayah Indonesia. Hal yang sangat memungkinkan sekali, karena sudah ada komitmen pemerintah dari aspek kelembagaan yaitu dengan adanya Dewan Konservasi Perairan Provinsi (DKPP) NTT.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Ardu Jelamu, mengatakan saat ini pihak Dispar NTT sedang menyosialisasikan draft rencana pengembangan dan rencana bisnis menonton paus dan lumba-lumba kepada sejumlah stakeholder di Provinsi NTT. Pihak kita juga intens menjaring masukan untuk penyempurnaan draft itu.

“Perairan provinsi NTT memiliki habitat perairan laut dalam, serta menjadi wilayah perlintasan 18 jenis paus. Termasuk dua spesies paus yang langka dan kharismatik yaitu paus biru (Balaenoptera Musculus) dan paus sperma (Physeter macrocephalus),” kata Marius.

Dijelaskannya, alamnya sangat menunjang. Kontur kedalaman laut perairan NTT sangat curam. Kontur ini menjadikan kawasan perairannya sangat potensial untuk menjadi akses pengamatan paus. Semua hal ini akan memberi kontribusi bagi upaya pencapaian tekad pemerintah untuk menjadikan NTT sebagai provinsi pariwisata, serta keinginan mewujudkan NTT sebagai destinasi utama pariwisata di Indonesia pada tahun 2018 ini.

Marius menjelaskan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah paus merupakan spesies karismatik yang dilindungi sesuai regulasi internasional. Maka, setiap pengembangan kegiatan menonton paus di perairan Indonesia harus dilakukan dalam kerangka manajemen yang ketat. Dari mulai sejumlah kabupaten di Lembata, Flores Timur, Alor dan sejumlah kabupaten lainnya di Pulau Flores, semua dipastikan siap menjadi destinasi wisata baru tadi.

“Tanpa pedoman yang mewadai yang ditaati oleh seluruh stakeholder, masyarakat dan wisatawan, maka kegiatan ini dapat mengancam kelestarian populasi paus yang melintasi perairan NTT. Saya berharap semua pelaku usaha melihat itu sebagai potensi baru, sehingga yang memiliki kapal laut dan kapal besar bisa ikut berpartisipasi. Wisata menonton paus ini juga agar kita mendidik masyarakat untuk bisa memelihara dan mengonservasi biota laut kita, supaya kelestarian alam ini bisa selalu terjaga,” tuturnya. [antaranews/photo special]