Traveltext.id

Jumlah Kamar Berlebihan, Hotel di Indonesia Disarankan Stop Ekspansi

Jumlah Kamar Berlebihan, Hotel di Indonesia Disarankan Stop Ekspansi

IZIN pembangunan hotel dan penambahan kamar baru di kota-kota besar didesak untuk segera distop sementara akibat terjadinya oversupply kamar yang memicu tingkat okupansi menjadi tak maksimal.

Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan, sepanjang tahun ini akan ada penambahan kamar hotel sebanyak 25.000 unit di seluruh Indonesia. Tahun lalu, realisasi penambahan kamar baru mencapai 28.000 unit, sehingga total kamar hotel bintang yang ada di Indonesia menembus 325.000 unit.

“Sebagian besar [kamar baru] berada di wilayah Indonesia bagian barat yakni DKI Jakarta, Jawa, dan Bali. Pasalnya, permintaan di kedua wilayah tersebut masih besar, terutama untuk di Bali. Pasar perhotelan di kota-kota besar Tanah Air sudah mulai jenuh dan para pebisnisnya pun berhadapan dengan kompetitor dari segmen penginapan nonbintang,” ujarnya.

Dikatakan, untuk itu, saya mengusulkan adanya moratorium izin pembangunan hotel di daerah-daerah yang sudah kelebihan pasokan kamar. Saya juga menyarankan agar pembukaan kamar hotel bintang lebih difokuskan ke wilayah-wilayah yang belum banyak memiliki penginapan agar terjadi pemerataan pembangunan.

“Penyebab okupansi hotel tidak maksimal juga karena banyak tambahan kamar dan hotel baru sehingga memang izin hotel di daerah yang sudah ramai butuh dimoratorium,” kata Hariyadi.

Sementara itu, Chairman Bali Hotel Association Ricky Putra mengatakan sepanjang tahun ini, akan ada tambahan 5-6 hotel baru di Pulau Dewata dengan jumlah tambahan kamar sebanyak 1.500 hingga 2.000 unit. Sepanjang tahun lalu, terdapat penambahan 6-7 hotel baru dengan total 2.000 hingga 2.500 kamar baru di Bali.

“Memang Bali ini masih diminati investor untuk bangun hotel. Tahun ini lebih sedikit dari tahun lalu karena ada proyek yang tertunda dan baru selesai tahun depan. Saat ini, jumlah kamar hotel di Bali mencapai 140.000 unit yang tersebar di sekitar 2.000 unit hotel bintang di Pulau Dewata. Jumlah ketersediaan kamar di Bali ini lebih tinggi dari jumlah kunjungan wisatawan di Bali,” ungkapnya.

Dijelaskannya kembali, adapun, rerata okupansi kamar hotel di Bali sekitar 65% hingga 70%. Dengan adanya penambahan kamar dan hotel baru di Bali pun, okupansi diyakini tak akan bisa mencapai 80%. Untuk itu, pemerintah harus turun tangan terhadap kondisi sektor perhotelan saat ini dengan memberlakukan moratorium atau pembatasan penambahan kamar maupun pembangunan hotel baik berbintang maupun nonbintang di lokasi-lokasi yang sudah oversupply.

“Sampai okupansi hotel ini bisa mencapai 75% hingga 80%, baru dizinkan lagi untuk bangun hotel dan tambah kamar baru,” jelasnya.

Sementara Nurul Yonasari, Senior Research Executive PT Colliers International Indonesia, berpendapat bahwa pertumbuhan kamar hotel baru di kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bali masih masif. Pada tahun ini hingga 2022, terdapat penambahan kamar baru hotel berbintang sebanyak 4.266 unit dengan rincian untuk hotel berbintang 3 sebanyak 1.506 unit, bintang 4 sebanyak 1.251 unit, dan bintang 5 sebanyak 1.519 unit di Ibu Kota.

“Untuk di Surabaya, akan ada penambahan kamar baru tahun ini hingga 2021 sebanyak 2.634 unit dengan rincian sebanyak 1.032 kamar bintang 3, 998 kamar bintang 4, dan 604 kamar bintang 5. Sementara itu, di Bali juga akan ada penambahan kamar sebanyak 3.203 unit yang terdiri dari 138 kamar bintang 3, 1.068 kamar bintang 4 dan 2.134 kamar  bintang lima dalam rentang 2019 hingga 2022. Untuk itu, Penyelesaian [kelebihan pasokan kamar] hotel harus ini bertahap,” kata Nurul.

Begitu pula Senior Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto sebelumnya menuturkan, untuk menarik investasi pembangunan hotel di wilayah Indonesia bagian Timur, pemerintah harus membangun terlebih dahulu hotel-hotel di wilayah itu.

“Dari investasi yang dilakukan pemerintah itu maka akan memperbesar market di sana. Pasti swasta akan mengikuti pembangunan hotel di sana. Saat ini yang paling banyak di kawasan Bali dan Jakarta,”  tuturnya. [bisnis.com/photo special]

Add comment