Traveltext.id

Para Pengelola Hotelier Lebih Optimistis Pada Tahun Ini

Para Pengelola Hotelier Lebih Optimistis Pada Tahun Ini

RENCANA pemerintah untuk menarik 20 juta wisatawan asing ke Indonesia tahun ini serta upaya peningkatan sektor pariwisata domestik disambut baik oleh pengelola hotel. Harapannya, hal tersebut akan mampu mengerek peningkatan okupansi kamar secara signifikan tahun ini.

Menurut Yani Sinulingga, Corporate Communications and Event Tauzia Hotel Management mengatakan bahwa pihak manajemen hotel lebih optimis menyambut tahun ini. Pengelola Hotel HARRIS ini berharap terjadi peningkatan level okupansi pada tahun ini.

“Tahun lalu level okupansi di 70%-75% secara rata-rata, kami harapkan dalam setahun 2019 ini akan ada peningkatan, tentunya bisa meningkat dari rata-rata tahun lalu,” ujarnya.

Sementara, Elsa M Amalo, Marketing Communications Manager Millenium Hotel Sirih Jakarta menyampaikan tahun ini manajemen menargetkan pertumbuhan tingkat okupansi. Apalagi perusahaan akan banyak melakukan kegiatan seiring dengan perayaan 25 tahun operasionalnya di Indonesia.

“Tahun lalu kami tutup dengan 65% level okupansi dari Januari sampai Desember, inginnya sih kami tidak muluk-muluk ya bertambah 5% saja di tahun ini menjadi 70% rata-rata level okupansinya,” katanya.

Dikatakan, di hotel kami bahwa proporsi instansi pemerintah dan swasta lebih besar ketimbang leisure traveler atau wisatawan. Proporsi tamu yang berasal dari pemerintah dan swasta pada tahun lalu mendominasi dengan porsi 60% sedangkan 40% merupakan wisatawan baik domestik maupun asing.

“Mulai Februari kami akan jalankan gimmick-gimmick untuk anniversary dan ada beberapa promo untuk bundling package antara F&B dan kamar harapanya tahun ini bisa capai tambahan 5% okupansi,” lanjutnya.

Sedangkan Ninik Haryanti, Public Relations Manager Dafam Hotel Management (DHM) mengatakan bahwa tingkat okupansi hotel sudah cukup tinggi. Oleh karena itu, pengelola hotel Dafam tersebut juga akan membuka hotel baru dan membidik tingkat okupansi yang lebih tinggi.

“Okupansi fullbooked rata-rata setiap tahun, sementara tahun ini juga masih akan buka satu hotel baru lagi di Jakarta, lainnya belum bisa saya update,” ungkap Ninik Haryanti.

Begitu pula Sudrajat, Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyampaikan pada tahun lalu tingkat okupansi memang mengalami kenaikan namun tidak seperti yang diprediksi. Kenaikan terjadi karena banyak event internasional pada tahun lalu, namun efeknya tidak terlalu signifikan karena pada tahun lalu juga terjadi bencana alam yang melanda Tanah Air.

“Adapun rerata tingkat okupansi hotel nasional pada tahun lalu berkisar 40% hingga 60%, sedangkan pada tahun ini saya memprediksi tidak akan banyak perubahan dari tingkat okupansi. Apalagi tidak ada event internasional pada tahun ini, tetapi event politik yang justru membuat pelaku usaha wait and see terhadap perkembangan yang ada,” tuturnya.

Ditambahkannya, saya rasa tahun ini masih akan sama di level 40% sampai 60%, ya tahun 2019 ini harapannya industri properti semakin baik, wisata semakin baik dan harus ada gerakan nasional untuk kembangkan wisata nasional bukan hanya mengharapkan wisatawan internasional yang jumlahnya sedikit. [kontan.co.id/photo special]