Traveltext.id

MENANTI BERLANJUTNYA PARIWISATA NIAS SETELAH SAIL NIAS 2019 USAI

POSISINYA yang berada di bawah Pulau Sumatera dan menghadap Samudera Hindia menyebabkan kawasan itu belum dilirik oleh para pelayar atau yachter. Namun ternyata selama ini Nias sudah dikenal sebagai salah satu surga selancar dunia karena memiliki ombak tinggi dan panjang menggulung karena menghadap langsung Samudera Hindia.

Jenis ombak itulah yang menempatkan Nias sebagai lokasi selancar dunia terbaik nomor dua setelah Hawaii. Namun, potensi Nias tidak hanya itu, posisinya yang berada di bawah Pulau Sumatera dan menghadap Samudera Hindia menyebabkan kawasan itu belum dilirik oleh para pelayar atau yachter.

Padahal, Nias menyimpan potensi wisata lengkap mulai dari keindahan bahari dan budaya yang akan disukai yachter.

“Nias ini belum jadi rute rally yacht karena kebanyakan yachter ke sisi dalam, sementara Nias tidak berada di sisi dalam,” kata Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

Seiring dengan fokus pemerintah untuk mendorong pariwisata, terutama wisata bahari, ajang Sail Indonesia yang tahun ini diselenggarakan di Nias melalui Sail Nias 2019 diharapkan dapat menjadi momentum revitalisasi pariwisata di Nias karena wilayah tersebut telah cukup dikenal dunia pada era 1980-an hingga 1990-an.

Perhelatan Sail Nias yang merupakan Sail yang ke-11 dari rangkaian Sail Indonesia yang dilaksanakan sejak 2009 di Bunaken, Sulawesi Utara, itu diharapkan dapat meningkatkan kembali popularitas Nias sebagai destinasi wisata bahari dunia.

Rizki menambahkan, pemerintah juga ingin mendorong Nias bisa dikunjungi oleh kapal pesiar (cruise) dan kapal layar (yacht) dengan digelarnya Sail Nias itu.

Kegiatan rally yacht dalam rangkaian Sail Nias 2019 yang telah diselenggarakan pada Mei lalu mendapat sambutan positif sehingga diharapkan bisa mempromosikan Nias sebagai destinasi wisata kapal layar.

“Kegiatan kapal layar sudah kami lakukan Mei lalu karena kondisi angin. Ternyata kami melihat yachter ini tertarik karena cukup banyak yang datang walaupun short notice (pemberitahuan singkat),” katanya.

​​Dukungan infrastruktur

Untuk mendukung potensi pariwisata di Nias seusai perhelatan Sail Nias 2019, pemerintah bertekad untuk terus membenahi infrastruktur pendukung bandara yang menghubungkan objek wisata tersebut dengan wisata lainnya.

Bahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah serius membangun wisata secara total dan menyeluruh dengan membangun infrastruktur yang menghubungkan satu obyek wisata ke obyek wisata lainnya.

“Pemerintah akan membangun link Toba ke Sibolga lalu Nias. Lapangan terbang sudah diperpanjang. Nah ini kita masih coba, karena di ujungnya itu ada gunung. Akan diperpanjang menjadi 2.700 meter supaya Boeing 737 itu bisa masuk. Sekarang kami sedang cari solusinya,” katanya.

Luhut menuturkan pembenahan infrastruktur terutama bandara sangat krusial untuk mendukung pariwisata. Ia mencontohkan kasus serupa terjadi di Danau Toba, di mana setelah Bandara Silangit diperbaiki bahkan dijadikan bandara internasional, kunjungan wisatawan pun terus meningkat.

“Jadi infrastruktur itu harus jalan seperti pengalaman kami di Silangit. Kalau airport jalan sekarang tiap tahun ada 500 ribu orang yang berkunjung ke sana. Dari sini sama saja,” katanya.

Namun, pembangunan infrastruktur fisik tidaklah cukup. Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim menilai pembangunan juga harus melibatkan sepenuhnya masyarakat karena manfaat ajang tersebut selama ini dinilai belum optimal.

“Pemerintah perlu memastikan pembangunan manusianya yang lebih adaptif terhadap tren wisata bahari. Sudah seharusnya berbagai kalangan masyarakat mampu bersuara lebih lantang untuk melakukan evaluasi total terhadap penyelenggaraan sail,” ungkapnya.

Tarik wisman, perlu libatkan investor swasta

SementaraPengamat ekonomi Hisar Sirait menyarankan agar pemerintah daerah (Pemda) dan para pemangku kepentingan (stakeholder) di Pulau Nias melibatkan investor swasta dalam rangka menarik minat wisatawan mancanegara (wisman) agar untuk menginap lebih lama di Nias.

Dia menjelaskan bahwa agar para wisman ini betah tinggal lebih lama di Nias, maka yang perlu dilakukan adalah semua sektor yang ada di Nias harus mampu bekerja sama dengan investor swasta. Pihak swasta sebetulnya harus sudah diikutsertakan sedari awal agar setelah penyelenggara Sail Nias 2019 dapat diikuti dengan penciptaan dampak ekonomi bagi masyarakat.

Namun pertanyaannya berapa lama wisman menginap di Nias? Kalau hanya menginap sebentar atau shortstaying maka dampak ekonominya tidak akan begitu besar, artinya masyarakat Nias harus mampu menarik minat wisman untuk tinggal atau menginap lebih lama di Nias minimal lima hari sehingga dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.

“Menurut data kunjungan wisata yang saya ketahui, dari tahun 2017 ke tahun 2018 terjadi peningkatan kunjungan wisatawan 7% ke Nias ketika wilayah tersebut menggelar acara lainnya untuk mempromosikan wisatanya pada tahun lalu. Dari data tersebut kita bisa melihat bahwa dengan adanya branding yang bagus tentang Nias sebagai wisata maritim, ini bisa menjadi potensi besar,” kata Hisar Sirait.

Apa lagi sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah bertekad untuk menjadikan Kepulauan Nias sebagai gerbang destinasi wisata dunia. Saya juga meminta kepada seluruh elemen, baik pemerintah maupun masyarakat, agar sama-sama berkomitmen bekerja keras mempromosikan Kepulauan Nias untuk menarik perhatian para wisatawan. [traveltext.id/photo special

]